Perpustakaan mempunyai peran yang sangat penting dalam memajukan pendidikan suatu sekolah, institute, dan suatu negeri. Perpustakaan merupakan khazanah ilmu atau gudang ilmu, karena di sanalah ilmu-ilmu yang sudah ditulis dalam bentuk buku, jurnal, majalah dan Koran dikumpulkan. Kalau dibuat perumpamaan ibarat tubuh manusia maka perpustakaan adalah ibarat kepala atau otak. Maka perpustakaan adalah otak bagi suatu sekolah atau bagi suatu universitas.
Perpustakaan juga mempunyai peranan penting dalam menumbuhkan kegemaran membaca masyarakat reading society. Pemerintah dan masyarakat Indonesia sejak dulu berusaha keras untuk memajukan peradaban sosial melalui gerakan gemar membaca. Ini terwujud dalam pendirian banyak perpustakaan di berbagai tempat. Setiap orang mengenal bahwa ada beberapa jenis perpustakaan seperti; perpustakaan nasional, perpustakaan daerah, perpustakaan umum, perpustakaan universitas, perpustakaan sekolah, perpustakaan mesjid, perpustakaan anak jalanan sampai kepada perpustakaan mini atau perpustakaan keluarga.
Sungguh hati akan senang melihat kebisaaan membaca masyarakat, seperti yang direpresentasikan oleh masyarakat Jepang dan masyarakat dari Negara maju di Singapura, Eropa dan Amerika, yang menjadikan kegiatan membaca sebagai kebutuhan mereka, sama halnya dengan kebutuhan makan, minum atau terhadap sandang, pangan dan papan. Orang Indonesia pasti senang mendengar cerita tentang kebisaaan membaca orang-orang dari Negara maju tersebut, yang mana mengisi waktu senggang mereka sambil menunggu mobil atau sambil bergelantungan dalam mobil masih asyik membaca buku.
Membaca agaknya juga sudah menjadi kesenangan bagi sebahagian orang kita, misalnya mereka membaca Koran sambil menikmati sarapan pagi. Namun membaca mungkin belum menjadi kebutuhan, kecuali hanya bagi segelintir orang saja dan bagi orang secara umum, mereka membaca hanya sekedar pengisi waktu senggang saja.
Di daerah perkotaan ada tempat membaca yang rilek dan orang menyebutnya dengan taman bacaan. Bisaanya taman bacaan menjadi tempat mangkalnya anak-anak sekolah yang membolos saat jam PBM (proses belajar mengajara) di sekolah. Mereka datang ke sini untuk membaca komik silat atau untuk menyewa novel-novel porno. Pemilik taman bacaan memungut uang sewa untuk komik dan novel porno tersebut- kalau tidak ada novel porno maka tentu taman bacaan ini tidak pernah laku.
Sebagian siswa yang membolos sebagai dorongan libido usia remaja terbisa merobek halaman novel yang berbau porno atau mencuri novel porno tersebut untuk dibahas berbagi cerita seks bersama teman sebaya di sekolah. Tetapi dahulu bila ketahuan oleh guru di sekolah maka mereka pasti akan diproses atau berurusan dengan guru. Karena ada kesepakatan bahwa sekolah harus bebas dari pornoaksi dan pornografi.
Beberapa tahun lalu, perpustakaan sekolah, perpustakan umum dan perpustakaan daerah, dan sebagainya, masih merupakan tempat favorite untuk dikunjungi oleh pembacanya. Tempat ini menjadi pilihan utama bagi pelajar, mahasiswa, pengunjung umum dan orang-orang yang punya selera intelektual. Pemerintah merespon kebutuhan membaca mereka dengan menyediakan bermacam-macam bentuk dan judul bacaan untuk memenuhi kebutuhan kognitif, emosional dan spiritual pembaca. Mereka pengunjung perpustakaan juga tahu bahwa perpustakaan adalah tempat yang khidmat setelah tempat beribadah (mesjid) sehingga mereka sepakat untuk menjaga ketenangan no speaking area di dalam perpustakaan. Berbicaralah seperlunya agar pembaca yang lain tidak merasa terusik.
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan ICT (information communication technology) begitu pesat. Setiap orang sekarang sangat familiar dengan beberapa produk teknologi informatika. Sekaligus telah menambah kosakata mereka seperti computer, laptop, hand phone, voucher, internet, virus, hacker, dan lain- lain yang telah menambah kosakata mereka sebagai masyarakat modern. Namun sekarang kalau kita pergi ke lorong-lorong taman bacaan yang dulu pernah ramai sebagai tempat favorite untuk membaca novel porno dan komik silat, bagi siswa yang melarikan diri dari kebosanan di sekolah, kini telah menjadi sepi. Yang tinggal hanyalah komik silat dan novel porno yang sudah berdebu karena tidak disentuh lagi oleh pembacanya.
Perpustakaan kini sedang mengalami nasib yang sama dengan taman bacaan menjadi tempat yang sepi atau mati suri, ditinggalkan oleh pengunjungnya, kecuali yang terlihat adalah penjaga pustaka yang selalu menguap, mengantuk dan bosan karena kekurangan pekerjaan. Perpustakaan sekolah pada banyak sekolah kehilangan daya tarik. Kecuali menjadi tempat singgah atau mengusir siswa pemalas dalam membuat PR agar bisa menyelesai PR di sana. Maka timbulah citra bagi mereka bahwa perpustakaan adalah sebagai penjara sekolah atau tempat rehabilitasi mental.
Perpustakaan daerah atau perpustakaan umum yang ada pada beberapa kota kecil yang didanai moleh pemerintah juga cendrung sepi dengan pengunjung, atau lonceng kematian sudah bergema di sana. Bagaimana dengan perpustakaan fakultas atau perpustakaan universitas ? Pada beberapa universitas atau fakultas yang lupa mengurus perpustakaan juga dapat ditemui sudah tidak rapi lagi, tidak ada tambahan koleksi baru dan buku-buku usang hampir beserakan, karena pustakawan sudah segan/ malas untuk bekerja.
Kalau begitu fenomen yang terjadi, maka perpustakaan sekarang telah menjadi tempat yang kehilangan daya tarik untuk dikunjungi. Mengapa ? Karena pengunjung perpustakaan telah memilih warnet (warung internet) sebagai tempat yang menarik. Kehadiran internet diserbu ramai-ramai. Sementara pengunjung taman bacaan siswa yang membolos dari sekolah mungkin memilih tempat bermain play station dan juga mencari game di warnet sebagai tempat pelarian dari sekolah yang mereka namai sebagai penjara.
Terus terang bahwa perpustakaan dengan koleksi buku yang lengkap tetap lebih bermanfaat dan berkualitas dari pada internet. Sebab tidak semua tulisan yang ada dalam internet yang berkualitas di upload oleh doctor dan professor. Sekarang siapa saja- mahasiswa, murid SD dan sampai kepada anak ingusan bisa menulis catatan harian, sampai kepada artikel dengan kupasan yang enteng dapat mereka simpan upload ke dalam situs internet. Atau mereka sendiri bisa membuat website sendiri menggunakan fitur facebook, multiply, wordpress, blogspot, dan lain-lain. Pengguna internet yang kurang selektif bisa terjebak dan menggunakan tulisan yang kurang berkualitas tulisan anak ingusan sebagai referensi tulisan ilmiah mereka.
Lebih Parah lagi, kehadiran warung internet dengan box berdinding tinggi telah memberi kesempatan bagi pengguna internet termasuk yang ingusan baru akil balig sampai kepada pengguna internet puber kedua untuk melakukan cuci mata atau zina mata, mengakses situs porno gambar porno dan tube porno yang tersedia dengan gratis dalam koleksi film atau clip yang berlimpah ruah. Pengguna internet dengan berbekal flasdisk, yang dicolokkan ke dalam CPU, bisa mendownload clip porno yang sangat ampuh untuk memanjakan libido mereka, merusak akhlak dan menyuburkan generasi amoral dan membutakan mata bathin spiritual bangsa Indonesia ini.
Perpustakaan megah yang dibiarkan sepi oleh pengunjung telah memberikan dampak negatf. Buku-buku berkualitas jelas bakal tidak akan tersentuh. Terus terang bahwa perpustakaan tetap mempunyai peran dalam menjaga minat baca masyarakat, andai tidak berfungsi lagi, tentu bisa kehilangan peran, banyak masyarakat akan buta ilmu pengeahuan yang dalam. Mereka akan tidak tahu lagi dengan judul-judul buku best seller, tidak kenal penulis favorite di Indonesia dan di dunia. Ada kalanya mereka juga akan punya problema dengan penulisan proposal, skripsi, tesis dan disertasi- kesulitan mencari buku referensi. .
Ada langkah tepat bagi penanggungjawab perpustakaan dan untuk mencegah agar tidak segera datangnya lonceng kematian bagi perpustakaan, yaitu melengkapi perpustakaan dengan sarana internet menggabungkan internet dengan perpustakaan, untuk maju memang butuh biaya. Ini adalah cara yang tepat untuk menghidupkan perpustakaan. Dengan demikian pengunjung perpustakaan bisa mengases internet sebagai sarana untuk mencari informasi. Sekaligus mereka tentu akan menyentuh, membolak-balik dan membaca jurnal, majalah, Koran, dan buku-buku lain. Maka dengan cara begini minat baca masyarakat tetap terjaga. Mencegah agar perpustakaan tidak mati suri, ditinggalkan oleh pengunjung memang perlu alternative dan fikiran yang serius. Kini semua orang bertanggungjawab untuk menggerakan dan mengaktifan fungsi pustaka. Ini semua mempunyai tujuan untuk mencerdasan manusia seluruh bangsa Indonesia.